Laman

Jumat, 29 November 2013

Hukum bersyair dalam Islam




Dewasa ini banyak golongan atau orang yg dengan mudahnya mengatakan memuji Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam di katakan Ghuluw,bahkan bid'ah..
Bagaimanakah hukum bersyair dalam Islam ?
 

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sikap berlebih-lebihan, beliau bersabda,

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana sikap berlebihan orang-orang nashrani terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah (atas diriku): hamba Allah dan utusan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaih.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.

“Hindarilah sikap berlebih-lebihan. Sesungguhnya kehancuran umat-umat yang ada sebelum kalian bermula dari berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dalam Musnadnya.)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)


Apakah aswaja pernah membuat syair yang berlebih2an terhadap Rasulullah sampai menganggap beliau tuhan??

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw. Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra: “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah
akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra memuji dengan syair yg panjang, diantaranya: “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417).

Imam Bukhari meriwayatkan :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ
مَرَّ عُمَرُ فِي الْمَسْجِدِ وَحَسَّانُ يُنْشِدُ فَقَالَ كُنْتُ أُنْشِدُ فِيهِ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ قَالَ نَعَمْ

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Az Zuhriy dari Sa'id bin Al Musayyab berkata; "'Umar berjalan di dalam masjid sedangkan Hassan sedang bersya'ir lalu ('Umar mencelanya) maka Hassan berkata; "Aku pernah bersya'ir di masjid dan saat itu ada orang yang lebih baik darimu". Kemudian dia berpaling dan menemui Abu Hurairah radliallahu 'anhu seraya berkata; "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah anda mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penuhilah permohonanku."Ya Allah kuatkanlah dia dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril 'alaihissalam) ". Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Iya".

(Shahihul Bukhari Kitabul Bad'al-Khalq No. 3212)

Sekali lagi syair pujian kepada Rasululah adalah disukai Rasul dan sunnah dan sekali2 bukanlah ghuluw ataupun bid'ah

 Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Bahkan Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846)

Bahkan oleh Ibunda Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan (memuji) Rasulullah saw” (Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

Ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلإِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad (untuk berpegang) kepada Islam sepanjang hidup kami”

Dan dalam riwayat yang lain :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلجِهَادِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad untuk jihad sepanjang hidup kami”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

اَللّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَةِ فَبَارِكْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةْ

“ Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan yang sejati adalah kebaikan akhirat, maka limpahilah keberkahan untuk kaum Anshar dan kaum Muhajirin”

Dalam riwayat yang lain disebutkan

فاغفر للأنصار والمهاجرة ،
( Ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin),

dan dalam riwayat lain disebutkan

فارحم للأنصار والمهاجرة

( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin).

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah perbuatan bid’ah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang terdapat di shahih al bukhari dan lainnya.

Namun perbuatan ini hampir hilang akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung hingga kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sikap berlebih-lebihan, beliau bersabda,

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana sikap berlebihan orang-orang nashrani terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah (atas diriku): hamba Allah dan utusan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaih.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.

“Hindarilah sikap berlebih-lebihan. Sesungguhnya kehancuran umat-umat yang ada sebelum kalian bermula dari berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dalam Musnadnya.) 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)
==========================

apakah aswaja pernah membuat syair yang berlebih2an terhadap Rasulullah sampai menganggap beliau tuhan??

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw. Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra: “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah
akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra memuji dengan syair yg panjang, diantaranya: “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417).

Imam Bukhari meriwayatkan :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ
مَرَّ عُمَرُ فِي الْمَسْجِدِ وَحَسَّانُ يُنْشِدُ فَقَالَ كُنْتُ أُنْشِدُ فِيهِ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ قَالَ نَعَمْ

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Az Zuhriy dari Sa'id bin Al Musayyab berkata; "'Umar berjalan di dalam masjid sedangkan Hassan sedang bersya'ir lalu ('Umar mencelanya) maka Hassan berkata; "Aku pernah bersya'ir di masjid dan saat itu ada orang yang lebih baik darimu". Kemudian dia berpaling dan menemui Abu Hurairah radliallahu 'anhu seraya berkata; "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah anda mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penuhilah permohonanku."Ya Allah kuatkanlah dia dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril 'alaihissalam) ". Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Iya".

(Shahihul Bukhari Kitabul Bad'al-Khalq No. 3212)

sekali lagi syair pujian kepada Rasululah adalah disukai Rasul dan sunnah dan sekali2 bukanlah ghuluw ataupun bid'ah
=== Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

bahkan Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846)

bahkan oleh Ibunda Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan (memuji) Rasulullah saw” (Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلإِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad (untuk berpegang) kepada Islam sepanjang hidup kami”

Dan dalam riwayat yang lain :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلجِهَادِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad untuk jihad sepanjang hidup kami”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

اَللّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَةِ فَبَارِكْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةْ

“ Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan yang sejati adalah kebaikan akhirat, maka limpahilah keberkahan untuk kaum Anshar dan kaum Muhajirin”

Dalam riwayat yang lain disebutkan

فاغفر للأنصار والمهاجرة ،
( Ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin),

dan dalam riwayat lain disebutkan

فارحم للأنصار والمهاجرة

( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin).

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah perbuatan bid’ah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang terdapat di shahih al bukhari dan lainnya.

Namun perbuatan ini hampir hilang akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung hingga kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sikap berlebih-lebihan, beliau bersabda,

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana sikap berlebihan orang-orang nashrani terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah (atas diriku): hamba Allah dan utusan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaih.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.

“Hindarilah sikap berlebih-lebihan. Sesungguhnya kehancuran umat-umat yang ada sebelum kalian bermula dari berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dalam Musnadnya.)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)
==========================

apakah aswaja pernah membuat syair yang berlebih2an terhadap Rasulullah sampai menganggap beliau tuhan??

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw. Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra: “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah
akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra memuji dengan syair yg panjang, diantaranya: “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417).

Imam Bukhari meriwayatkan :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ
مَرَّ عُمَرُ فِي الْمَسْجِدِ وَحَسَّانُ يُنْشِدُ فَقَالَ كُنْتُ أُنْشِدُ فِيهِ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ قَالَ نَعَمْ

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Az Zuhriy dari Sa'id bin Al Musayyab berkata; "'Umar berjalan di dalam masjid sedangkan Hassan sedang bersya'ir lalu ('Umar mencelanya) maka Hassan berkata; "Aku pernah bersya'ir di masjid dan saat itu ada orang yang lebih baik darimu". Kemudian dia berpaling dan menemui Abu Hurairah radliallahu 'anhu seraya berkata; "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah anda mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penuhilah permohonanku."Ya Allah kuatkanlah dia dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril 'alaihissalam) ". Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Iya".

(Shahihul Bukhari Kitabul Bad'al-Khalq No. 3212)

sekali lagi syair pujian kepada Rasululah adalah disukai Rasul dan sunnah dan sekali2 bukanlah ghuluw ataupun bid'ah
=== Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

bahkan Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846)

bahkan oleh Ibunda Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan (memuji) Rasulullah saw” (Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلإِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad (untuk berpegang) kepada Islam sepanjang hidup kami”

Dan dalam riwayat yang lain :

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلجِهَادِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا

“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad untuk jihad sepanjang hidup kami”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

اَللّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَةِ فَبَارِكْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةْ

“ Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan yang sejati adalah kebaikan akhirat, maka limpahilah keberkahan untuk kaum Anshar dan kaum Muhajirin”

Dalam riwayat yang lain disebutkan

فاغفر للأنصار والمهاجرة ،
( Ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin),

dan dalam riwayat lain disebutkan

فارحم للأنصار والمهاجرة

( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin).

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah perbuatan bid’ah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang terdapat di shahih al bukhari dan lainnya.

Namun perbuatan ini hampir hilang akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung hingga kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar