Alaikumsalam warahmatullah
wabarakatuh,
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya
semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
berikut penjelasan mengenai riwayat
Ibn mas;ud ra yg mereka jadikan dalil sebagai larangan dzikir berjamaah :
al-Albani dalam Silsilah al-Ahadith
al-Shahihah, jld. 5, m.s. 11.
Yaitu :
Yaitu :
Daripada ‘Amr bin Salamah katanya:
“Satu ketika kami duduk di pintu ‘Abd Allah bin Mas‘ud sebelum solat subuh.
Apabila dia keluar, kami akan berjalan bersamanya ke masjid. Tiba-tiba datang
kepada kami Abu Musa al-Asy‘ari, lalu bertanya: “Apakah Abu ‘Abd al-Rahman
telah keluar kepada kamu?” Kami jawab: “Tidak!”. Maka dia duduk bersama kami
sehingga ‘Abd Allah bin Mas‘ud keluar. Apabila dia keluar, kami semua bangun
kepadanya.
Lalu Abu Musa al-Asy‘ari berkata kepadanya: “Wahai Abu ‘Abd al-Rahman, aku telah melihat di masjid tadi satu perkara yang aku tidak bersetuju, tetapi aku tidak lihat – alhamdulilah – melainkan ianya baik”. Dia bertanya: “Apakah ia?”. Kata Abu Musa: “Jika umur kamu panjang engkau akan melihatnya. Aku melihat satu puak, mereka duduk dalam lingkungan (halaqah) menunggu solat. Bagi setiap lingkungan (halaqah) ada seorang lelaki (ketua kumpulan), sementara di tangan mereka yang lain ada anak-anak batu. Apabila lelaki itu berkata : Takbir seratus kali, mereka pun bertakbir seratus kali. Apabila dia berkata: Tahlil seratus kali, mereka pun bertahlil seratus kali. Apabila dia berkata: Tasbih seratus kali, mereka pun bertasbih seratus kali.” Tanya ‘Abd Allah bin Mas‘ud: “Apa yang telah kau katakan kepada mereka?”. Jawabnya: “Aku tidak kata kepada mereka apa-apa kerana menanti pandangan dan perintahmu”.
Lalu Abu Musa al-Asy‘ari berkata kepadanya: “Wahai Abu ‘Abd al-Rahman, aku telah melihat di masjid tadi satu perkara yang aku tidak bersetuju, tetapi aku tidak lihat – alhamdulilah – melainkan ianya baik”. Dia bertanya: “Apakah ia?”. Kata Abu Musa: “Jika umur kamu panjang engkau akan melihatnya. Aku melihat satu puak, mereka duduk dalam lingkungan (halaqah) menunggu solat. Bagi setiap lingkungan (halaqah) ada seorang lelaki (ketua kumpulan), sementara di tangan mereka yang lain ada anak-anak batu. Apabila lelaki itu berkata : Takbir seratus kali, mereka pun bertakbir seratus kali. Apabila dia berkata: Tahlil seratus kali, mereka pun bertahlil seratus kali. Apabila dia berkata: Tasbih seratus kali, mereka pun bertasbih seratus kali.” Tanya ‘Abd Allah bin Mas‘ud: “Apa yang telah kau katakan kepada mereka?”. Jawabnya: “Aku tidak kata kepada mereka apa-apa kerana menanti pandangan dan perintahmu”.
Berkata ‘Abd Allah bin Mas‘ud: “Mengapa engkau tidak menyuruh mereka mengira dosa mereka dan engkau jaminkan bahawa pahala mereka tidak akan hilang sedikit pun”. Lalu dia berjalan, kami pun berjalan bersamanya. Sehinggalah dia tiba kepada salah satu daripada lingkungan berkenaan. Dia berdiri lantas berkata: “Apa yang aku lihat kamu sedang lakukan ini?” Jawab mereka: “Wahai Abu ‘Abd al-Rahman! Batu yang dengannya kami menghitung takbir, tahlil dan tasbih”. Jawabnya: “Hitunglah dosa-dosa kamu, aku jamin pahala-pahala kamu tidak hilang sedikit pun. Celaka kamu wahai umat Muhammad! Alangkah cepat kemusnahan kamu. Para sahabat Nabi masih lagi ramai, baju baginda belum lagi buruk dan bekas makanan dan minuman baginda pun belum lagi pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya , apakah kamu berada di atas agama yang lebih mendapat petunjuk daripada agama Muhammad, atau sebenarnya kamu semua pembuka pintu kesesatan?”
Jawab mereka : “Demi Allah wahai Abu ‘Abd al-Rahman, kami hanya bertujuan baik.” Jawabnya : “Betapa ramai yang bertujuan baik, tetapi tidak menepatinya.” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami satu kaum yang membaca al-Quran namun tidak lebih dari kerongkong mereka Demi Allah aku tidak tahu, barangkali kebanyakan mereka dari kalangan kamu.” Kemudian beliau pergi.
Berkata ‘Amr bin Salamah: “Kami melihat kebanyakan puak tersebut bersama Khawarij memerangi kami pada hari Nahrawan.”
—
jawaban :
Hujjah yang dikemukakan ini, adalah atsar (perbuatan) Abdullah bin Mas`ud r.a.. Atsar ini diriwayatkan oleh Imam ad-Daarimi dalam sunannya, jilid 1 halaman 68, dengan sanad dari al-Hakam bin al-Mubarak dari ‘Amr bin Yahya dari ayahnya dari datuknya (Amr bin Salamah).
Menurut sebagian muhadditsin,
kecacatan atsar ini adalah pada rawinya (rawi : periwayat) yang bernama ‘Amr
bin Yahya (yakni cucu Amr bin Salamah). Imam Yahya bin Ma`in memandang “riwayat
daripadanya tidak mempunyai nilai”. Imam adz-Dzahabi menerangkannya dalam
kalangan rawi yang lemah dan tidak diterima riwayatnya, dan Imam al-Haithami
menyatakan bahwa dia adalah rawi yang dhoif.
Dalam Atsar tersebut dapat dipahami
bahwa yang ditegur oleh Sayyidina Ibnu Mas`ud adalah golongan KHAWARIJ. Maka
atsar Sayyidina Ibnu Mas`ud lebih kepada kritikan beliau kepada para pelaku
yang tergolong dalam firqah Khawarij. Di mana golongan Khawarij memang terkenal
dengan kuat beribadah, kuat sholat, kuat berpuasa, kuat membaca al-Quran,
banyak berzikir sehingga mereka merasakan diri mereka lebih baik daripada para
sahabat Junjungan s.a.w. Maka kritikan Sayyidina Ibnu Mas`ud ini ditujukan
kepada kelompok Khawarij yang mereka itu mengabaikan bahkan mengkafirkan para
sahabat karena beranggapan ibadah mereka lebih hebat dari para sahabat.
Sehingga janganlah digunakan atsar
yang ditujukan kepada kaum Khawarij ini digunakan terhadap saudara muslim lain
yang sangat memuliakan para sahabat Junjungan Nabi s.a.w.
Jangan dikira para ulama Aswaja
tidak tahu mengenai atsar Sayyidina Ibnu Mas`ud ini.
Imam as-Sayuthi rhm. pada
“Natiijatul Fikri fil Jahri fidz Dzikri” dalam “al-Hawi lil Fatawi” juz 1. Di
situ Imam asy-Sayuthi menguraikan 25 hadits dan atsar yang diriwayatkan oleh
asy-Syaikhan hingga yang diriwayatkan oleh al-Mirwazi berkaitan dengan zikir
secara jahar dan majlis zikir berjamaah.
Sedangkan terhadap atsar Ibnu Mas`ud tersebut, Imam asy-Sayuthi pada halaman 394 menyatakan, antara lain:
(Jika engkau berkata) Telah dinukilkan yang Sayyidina Ibnu Mas`ud telah melihat satu kaum bertahlil dengan mengangkat suara dalam masjid, lalu beliau berkata: “Tidak aku melihat kamu melainkan (sebagai) pembuat bid`ah”, sehingga dikeluarkannya mereka dari masjid tersebut. (Kataku – yakni jawaban Imam as-Sayuthi) Atsar daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. ini memerlukan penjelasan lanjut berhubung sanadnya dan siapa yang telah mengeluarkannya dari kalangan para hafidz dalam kitab-kitab mereka.
Sedangkan terhadap atsar Ibnu Mas`ud tersebut, Imam asy-Sayuthi pada halaman 394 menyatakan, antara lain:
(Jika engkau berkata) Telah dinukilkan yang Sayyidina Ibnu Mas`ud telah melihat satu kaum bertahlil dengan mengangkat suara dalam masjid, lalu beliau berkata: “Tidak aku melihat kamu melainkan (sebagai) pembuat bid`ah”, sehingga dikeluarkannya mereka dari masjid tersebut. (Kataku – yakni jawaban Imam as-Sayuthi) Atsar daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. ini memerlukan penjelasan lanjut berhubung sanadnya dan siapa yang telah mengeluarkannya dari kalangan para hafidz dalam kitab-kitab mereka.
Jika seandainya dikatakan ianya
memang tsabit (kuat riwayatnya), maka atsar ini bertentangan dengan
hadits-hadits yang banyak lagi tsabit yang telah dikemukakan yang semestinya
didahulukan (sebagai pegangan) dibanding atsar Ibnu Mas`ud apabila terjadi
pertentangan (apalagi atsar itu dhoif sebagaimana dijelaskan bahwa rawinya
dhoif) . Kemudian, aku lihat apa yang dianggap sebagai keingkaran Sayyidina
Ibnu Mas`ud itu (yakni keingkarannya terhadap majlis-majlis zikir bersama-sama
tadi) yakni penjelasan Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab “az-Zuhd” yang
menyatakan:- Telah memberitahu kami Husain bin Muhammad daripada al-Mas`udi
daripada ‘Aamir bin Syaqiiq daripada Abu Waail berkata:- “Mereka-mereka
mendakwa ‘Abdullah (yakni Ibnu Mas`ud) mencegah daripada berzikir (dalam
majlis-majlis zikir), padahal ‘Abdullah tidak duduk dalam sesuatu majlis
melainkan dia berzikirullah dalam majlis tersebut.”
Dalam kitab yang sama, Imam Ahmad
juga meriwayatkan bahwa Tsabit al-Bunani berkata:- “Bahwasanya ahli dzikrullah
yang duduk mereka itu dalam sesuatu majlis untuk berdzikrullah, jika ada bagi
mereka dosa-dosa semisal gunung, niscaya mereka bangkit dari (majlis)
dzikrullah tersebut dalam keadaan tidak tersisa sesuatupun dosa tadi pada
mereka”, (yakni setelah berzikir, mereka memperolehi keampunan Allah ta`ala).
melarang dzikir dg suara keras di
masjid hukumnya kufur, karena menentang Alqur’an, Allah swt berfirman : Dirumah
rumah Allah (masjid) telah Allah izinkan untuk mengangkat suara sebutan dzikir
Nama Nya, dan bertasbih pada Nya di pagi hari dan sore (QS Annur 36).
Allah swt berfirman : Mereka yg
ringan timbangan pahalanya maka mereka adalah orang yg merugikan dirinya
sendiri dan mereka selamanya di neraka, wajah mereka hangus terbakar dan kedua
bibirnya menjulur (kesakitan dan kepanasan), bukanlah sudah dibacakan pada
kalian ayat ayat Ku dan kalian mendustakannya?, maka mereka berkata : Wahai
Tuhan kami, kami telah tertundukkan oleh kejahatan kami dan kami telah
tergolong kaum yg sesat, Wahai Tuhan Kami keluarkan kami dari neraka dan jika
kami kembali berbuat jahat maka kami mengakui kami orang yg dhalim, (maka Allah
menjawab) : Diamlah kalian didalam neraka dan jangan kalian berbicara
lagi, dahulu ada sekelompok hamba hamba Ku yg berdoa : Wahai Tuhan Kami kami beriman,
maka ampuni dosa dosa kami, dan kasihanilah kami dan Sunguh Engkau Maha
Berkasih sayang dari semua yg berkasih sayang, namun kalian mengejek mereka
sampai kalian melupakan dzikir pada Ku dan kalian menertawakan mereka, Sungguh
Aku membalas kebaikan mereka saat ini dan merekalah orang yg beruntung (QS
Al Mukminun 103 – 111)
lihatlah ayat diatas sdrku, Allah
swt murka pada mereka yg mengecoh dan mengejek dan menertawakan orang yg
berdzikir bersama, lihat ucapan doa para ahlu dzikir itu, Allah menjelaskan
mereka berkata : Wahai Tuhan kami, kami beriman maka ampunilah kami… dst.
ucapan KAMI menunjukkan mereka
berdoa bersama, bukan sendiri sendiri.
Allah menjelaskan merekalah yg
beruntung, dan yg mengejek mereka akan dihinakan Allah swt.
Kita Ahlussunnah waljamaah berdoa,
berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan
bersama sama.
Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah swt
berfirman : “BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU
MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKU DALAM KELOMPOK BESAR,
MAKA AKUPUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YG LEBIH BESAR
DAN LEBIH MULIA”. (Shahihain Bukhari dan Muslim).
Allah berfirman :
“DAN SABARKAN DIRIMU UNTUK TETAP BERSAMA ORANG ORANG YG BERDZIKIR DAN BERDOA KEPADA TUHAN MEREKA DI PAGI HARI DAN SORE SEMATA MATA HANYA MENGINGINKAN RIDHA ALLAH, DAN JANGAN KAU PALINGKAN WAJAHMU DARI MEREKA KARENA MENGHENDAKI KEDUNIAWIAN, DAN JANGAN TAATI ORANG ORANG YG KAMI BUAT MEREKA LUPA DARI MENGINGAT KAMI………….” (QSAl Kahfi 28)
“DAN SABARKAN DIRIMU UNTUK TETAP BERSAMA ORANG ORANG YG BERDZIKIR DAN BERDOA KEPADA TUHAN MEREKA DI PAGI HARI DAN SORE SEMATA MATA HANYA MENGINGINKAN RIDHA ALLAH, DAN JANGAN KAU PALINGKAN WAJAHMU DARI MEREKA KARENA MENGHENDAKI KEDUNIAWIAN, DAN JANGAN TAATI ORANG ORANG YG KAMI BUAT MEREKA LUPA DARI MENGINGAT KAMI………….” (QSAl Kahfi 28)
Berkata Imam Attabari : “Tenangkan
dirimu wahai Muhammad bersama sahabat sahabatmu yg duduk berdzikir dan berdoa
kepada Allah di pagi hari dan sore hari, mereka dengan bertasbih, tahmid,
tahlil, doa doa dan amal amal shalih dengan shalat wajib dan lainnya, yg mereka
itu hanya menginginkan ridho Allah swt bukan menginginkan keduniawian” (Tafsir
Imam Attabari Juz 15 hal 234)
Tentunya ucapan diatas menyangkal
pendapat yg mengatakan bahwa yg dimaksud ayat itu adalah orang yg shalat,
karena mustahil pula Allah mengatakan pada nabi saw untuk sabar duduk dg orang
yg shalat berjamaah, karena shalat adalah fardhu, namun perintah “duduk
bersabar” disini tentunya adalah dalam hal hal yg mungkin dianggap remeh oleh
sebagian orang.
Dari Abdurrahman bin sahl ra, bahwa
ayat ini turun sedang Nabi saw sedang di salah satu rumahnya, maka beliau saw
keluar dan menemukan sebuah kelompok yg sedang berdzikir kepada Allah swt dari
kaum dhuafa, maka beliau saw duduk bersama berkata seraya berkata :
Alhamdulillah… yg telah menjadikan pada ummatku yg aku diperintahkan untuk
bersabar dan duduk bersama mereka” riwayat Imam Tabrani dan periwayatnya shahih
(Majmu’ zawaid Juz 7 hal 21)
Sabda Rasulullah saw : “akan tahu
nanti dihari kiamat siapakah ahlulkaram (orang orang mulia)”, maka para sahabat
bertanya : siapakah mereka wahai rasulullah?, Rasul saw menjawab : :”majelis
majelis dzikir di masjid masjid” (Shahih Ibn Hibban hadits no.816)
Rasulullah saw bila selesai dari
shalatnya berucap Astaghfirullah 3X lalu berdoa Allahumma antassalam, wa
minkassalaam….dst” (Shahih muslim hadits no.591,592)
Kudengar Rasulullah saw bila selesai shalat membaca : Laa ilaaha illallahu wahdahu Laa syariikalah, lahulmulku wa lahulhamdu…dst dan membaca Allahumma Laa Maani’a limaa a’thaiyt, wala mu’thiy…dst” (shahih Muslim hadits no.593)
Kudengar Rasulullah saw bila selesai shalat membaca : Laa ilaaha illallahu wahdahu Laa syariikalah, lahulmulku wa lahulhamdu…dst dan membaca Allahumma Laa Maani’a limaa a’thaiyt, wala mu’thiy…dst” (shahih Muslim hadits no.593)
Hadits semakna pada Shahih Bukhari
hadits no.808, dan masih banyak puluhan hadits shahih yg menjelaskan bahwa
Rasul saw berdzikir selepas shalat dengan suara keras, sahabat mendengarnya dan
mengikutinya, hal ini sudah dijalankan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum,
lalu tabi’in dan para Imam dan Muhadditsin tak ada yg menentangnya.
Sabda Rasulullah saw : “sungguh
Allah memiliki malaikat yg beredar dimuka bumi mengikuti dan menghadiri majelis
majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan
hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majelis selesai maka
para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit, dan Allah bertanya pada
mereka dan Allah Maha Tahu : “darimana kalian?” mereka menjawab : kami datang
dari hamba hamba Mu, mereka berdoa padamu, bertasbih padaMu, bertahlil padaMu,
bertahmid pada Mu, bertakbir pada Mu, dan meminta kepada Mu,
Maka Allah bertanya : “Apa yg mereka
minta?”,
Malaikat berkata : mereka meminta sorga,
Allah berkata : apakah mereka telah melihat sorgaku?,
Malaikat menjawab : tidak,
Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”.
Malaikat berkata : pastilah mereka akan lebih memintanya,
Allah bertanya lagi : Apa yg mereka minta?
Malaikat berkata : mereka meminta perlindungan Mu,
Allah berkata : “mereka meminta perlindungan dari apa?”,
Malaikat berkata : “dari Api neraka”,
Allah berkata : “apakah mereka telah melihat nerakaku?”,
Malaikat menjawab tidak,
Allah berkata : Bagaimana kalau mereka melihat neraka Ku.
Malaikat berkata :: Pasti mereka akan lebih ketakutan.
Allah swt berfirman : Apa yg mereka lakukan?
Malaikat berkata : mereka beristighfar pada Mu,
Allah berkata : “sudah kuampuni mereka, sudah kuberi permintaan mereka, dan sudah kulindungi mereka dari apa apa yg mereka minta perlindungan darinya, Malaikat berkata : “wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka,
Allah berkata : baginya pengampunanku, dan mereka (ahlu dzikir) adalah kaum yg tidak ada yg dihinakan siapa siapa yg duduk bersama mereka” (shahih Muslim hadits no.2689),
Malaikat berkata : mereka meminta sorga,
Allah berkata : apakah mereka telah melihat sorgaku?,
Malaikat menjawab : tidak,
Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”.
Malaikat berkata : pastilah mereka akan lebih memintanya,
Allah bertanya lagi : Apa yg mereka minta?
Malaikat berkata : mereka meminta perlindungan Mu,
Allah berkata : “mereka meminta perlindungan dari apa?”,
Malaikat berkata : “dari Api neraka”,
Allah berkata : “apakah mereka telah melihat nerakaku?”,
Malaikat menjawab tidak,
Allah berkata : Bagaimana kalau mereka melihat neraka Ku.
Malaikat berkata :: Pasti mereka akan lebih ketakutan.
Allah swt berfirman : Apa yg mereka lakukan?
Malaikat berkata : mereka beristighfar pada Mu,
Allah berkata : “sudah kuampuni mereka, sudah kuberi permintaan mereka, dan sudah kulindungi mereka dari apa apa yg mereka minta perlindungan darinya, Malaikat berkata : “wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka,
Allah berkata : baginya pengampunanku, dan mereka (ahlu dzikir) adalah kaum yg tidak ada yg dihinakan siapa siapa yg duduk bersama mereka” (shahih Muslim hadits no.2689),
perhatikan ucapan Allah yg diakhir
hadits qudsiy diatas : dan mereka (ahlu dzikir) adalah “kaum yg tak dihinakan
siapa siapa yg duduk bersama mereka”, lalu hadits semakna pada Shahih Bukhari
hadits no.6045.
kasihanilah mereka itu sdrku, mereka
tak faham alqur’an dan hadits dengan benar, namun berfatwa semaunya, semoga
Allah swt melimpahkan hidayah
Demikian saudaraku yg kumuliakan,
semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a’lam